English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
ingin mendapatkan SMS TAUHIID setiap hari => Ketik : DAFTAR#NAMA#KOTA contoh : DAFTAR#ADI#BDG kirim ke 0821-303030-38 / 0878-2525-2626 <= GRATIS terima SMS TAUHIID setiap hari, insyaAlloh. . .。

HIDUP SEMAKIN PANAS

Aktivitas manusia di bumi, pertambahan populasi penduduk, pertumbuhan teknologi dan industri, menghasilkan gas-gas yang terkonsentrasi di atmosfer. Gas-gas itu kemudian disebut Gas Rumah Kaca (GRK). Ada enam gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu karbon dioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflourida (SF6), perflourocarbon (PFCs), dan hidroflourocarbon (HFCs). Lapisan GRK ini memerangkap radiasi matahari di atmosfer sehingga temperatur rata-rata permukaan bumi meningkat secara global lalu terjadilah pemanasan global. Peristiwa ini disebut dengan istilah Efek Runah Kaca (ERK) karena serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Di Indonesia, GRK dihasilkan oleh kerusakan hutan, pemakaian energi fosil, pertanian, peternakan, dan sampah.

Dampak pemanasan global adalah terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim. Seperti naiknya temperatur air laut, mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan disusul dengan naiknya permukaan air laut, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola musim hujan dan tekanan udara, dan akhirnya terjadi perubahan iklim dunia. Perubahan iklim terjadi dalam jangka waktu 50-100 tahun, bersifat global, dan siraskan oleh seluruh mahluk hidup di muka bumi. Permukaan bumi sebagian menjadi semakin panas dan sebagian lainnya menjadi semakin dingin.

Pemanasan global berakibat mencairnya es dan gletser. Es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960 dan ketebalan es Kutub Utara berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir. Tahun 2015 diperkirakan seluruh salju di pegunungan Kilimanjaro akan mencair akibat pemanasan global. Pada tahun 2070 diperkirakan pegunungan salju di Australia akan bebas dari salju. Tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 akan mencair dan gletser di pegunungan Alpen menghilang 50% - 90%.
Musim kemarau akan berlangsung lama berakibat kekeringan dan penggurunan. Diperkirakan kekeringan akan melanda Afrika, Eropa, Amerika Utara dan Australia. Musim hujan berlangsung singkat dengan intensitas curah hujan tinggi menyebabkan banjir dan tanah longsor. Wilayah Asia Tenggara dan beberapa wilayah lainnya akan mengalami badai lebih hebat, hujan lebih deras, dan lebih banyak bencana banjir.

Dalam 100 tahun terakhir, permukaan air laut telah naik setinggi 10-25 cm. Pada tahun 2100 mendatang, diperkirakan permukaan air laut akan naik setinggi 15-95 cm. Jika permukaan air laut naik mencapai 100 cm, akan berakibat hilangnya daratan Mesir 1%, Belanda 6%, Bangladesh 17,5%, dan atol di Kepulauan Marshal mengilang 80%. Sementara negara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina, dan Indonesia, terancam akan tenggelam. Hal ini berarti bahwa jutaan orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daratan yang lebih tinggi.

Dampak lain dari perubahan iklim dunia adalah terjadinya krisis pangan dunia karena tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit tropis, seperti malaria, demam berdarah dan diare, kebakaran hutan, hilangnya sejumlah spsiesflora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur bumi.

Dampak perubahan iklim terhadap wilayah Indonesia adalah naiknya temperatur dan berubahnya musim, naikny permukaan air laut sehingga banyak pulau terancam tenggelam, menurunnya produksi tambak ikan dan udang, menurunnya produksi pertanian karena musim tidak menentu, meningkatnya kebakaran hutan, hilangnya sejumlah spesies yang tidak mampu bertahan sedang spsies yang bertahan berkembang tidak terkendali, meningkatnya frekuensi penyakit tropis, seperti malaria, demam berdarah dan diare.

Save Our Nature . . .!

Selengkapnyah...
 
Unduh Adobe Flash player
 
© Copyright by mediaHATI| Template by Blogger Templates