Tulisan berikut ini adalah transkrip dari ceramah yang disampaikan
oleh KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor.
Dengan tema : Ibadah Qurban Idul Adha.
Nabi Ibrahim
menyampaikan kepada anaknya,
إِنِّي
أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Sungguh aku telah
bermimpi bahwa aku menyembelih kamu (Ismail), – Aku diperintahkan agar aku
menyembelih kamu, wahai Ismail. – Bagaimana menurutkanmu Ismail? Bapak gelisah
karena mimpi ini.” Ternyata jawaban dari anaknya di luar dugaan. Ia tidak
mengatakan, “Jangan!”, “Tidak mau. Saya tidak mau disembelih.”, atau “Ayah
jahat,” misalnya. Ternyata jawaban dari Ismail,
يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Wahai Bapakku, lakukan
saja. Aku insya Allah termasuk orang-orang yang siap dengan sabar menghadapi
perintah Allah ini.” “Jadi pendapatmu seperti itu?” “Iya, itu adalah perintah
dari Allah. Lakukan saja, jangan ragu-ragu. Saya Insya Allah termasuk
orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian seperti ini.” Sang orang tua,
Nabi Ibrahim, mendapat dukungan terhadap mimpinya itu. Saat itu Nabi Ibrahim
hanya bisa berkata, “Ya sudah, bismillah kalau begitu. Saya siapkan pisau yang
tajam.” Pisau itu diasahnya bolak-balik sampai tajam betul. Jangan sampai nanti
nyangkut dan sebagainya, karena anak sudah siap.
Nabi Ibrahim tidak
pernah menduga bahwa anaknya, Ismail, setinggi itu kesabarannya. Bahkan dengan
tegarnya ia mengatakan,
يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Bapakku, lakukan saja –
jangan ragu-ragu – apa yang Allah perintahkan. Insya Allah bapak akan melihat
saya tegar, siap.” Tentu saja bapaknya mendapatkan dorongan/dukungan yang luar
biasa. “Kalau memang begitu, bismillah saya akan melaksanakan perintah Allah.”
Diambillah golok dan diasah bolak-balik hingga tajam dengan semata-mata ingin
mendapatkan ridha Allah. Anak pun tega untuk dipotong demi mendapatkan ridha
Allah Swt. Ibu untuk mendapatkan ridho Allah, ada sedikit saja di rumah sudah
tidak mau.
Ketika itu datanglah
setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak
saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak
satu-satunya disembeli!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya
pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” “Tidak
punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu
nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil
batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya
seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi
Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan,
“Bismillahi Allahu akbar.”
Jadi sekarang semua
jamaah haji wajib melontar jumrah. Di sana jumrah itu sebenarnya sebagai tanda
semacam tugu. Bentuknya semacam tiang seperti ini, semacam tugu ke atas bisa
dilihat dan dilempar dengan niat bukan melempar tiangnya sebanyak tujuh kali.
Setan/iblis tidak putus
asa, “Ah, bapaknya tidak bisa juga. Biar istrinya.” Istrinya didatangi sama
iblis. “Kamu mempunyai suami seperti itu, masak kamu yang capek, kamu yang
melahirkan, kamu yang membesarkan, suami kamu enak saja mau menyembelih anak
itu. Apa kamu orang perempuan memang tidak mempunyai perasaan?” Ia dibujuk
dengan bermacam-macam cara. Tapi istrinya juga sudah sama-sama bertekat karena
tahu bahwa anaknya juga sudah siap seperti itu. Ia pun mengambil batu dan mengucapkan,
“Bismillahi Allahu akbar.”
Kalau lemparan pertama
berada di satu tempat, lemparan yang kedua berbeda. Lemparan yang pertama
sekarang diperingati sebagai jumrah aqabah. Sedangkan yang kedua adalah jumrah
wustha namanya. Itu adalah ibunya. Yang terakhir setan menggoda Ismail. “Eh,
kamu tidak tahu kalau hidup ini enak, kok kamu nurut saja sih. Kamu masih bisa
ini masih bisa itu di dalam hidup ini. Kamu kok nurut saja padahal setelah itu
kamu mati, tidak bisa apa-apa.” Ismail juga mengambil batu lalu melempar setan
sambil mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Dilemparlah setan ini tiga kali
hingga sekarang berwujud menjadi jumrah sughra.
Karena setan ini sudah
minggir semua sebab dilempari dan mereka tidak menggoda lagi, Ibrahim dengan
mudah melaksanakan niatnya. Ismail dimiringkan ibarat kambing yang mau
dipotong, dikasih ganjel, dan sebagainya. Goloknya juga sudah dicoba memang
sudah tajam betul. Ketika Ibrahim mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar,”
ternyata bukan Ismail yang dipotong tetapi Allah ganti dengan kambing gibas.
Ismail tetap berada di sampingnya dalam keadaan segar bugar. Yang dipotong
bapaknya ternyata adalah kambing. Itulah asal usul kurban, hari raya Kurban.
Dalam bahasa arabnya berarti Idul Adha. Kemudian kita berkurban ini bahasa
arabnya adalah udhhiyah, yaitu kambing kurban. “Tanggal dua puluh tujuh, ya?”
Tanggal dua puluh tujuh nanti insya Allah ada hari raya Kurban. “Ibu sudah siap
mau Kurban?” “Mau kurban perasaan atau mau kurban kambing?”
Baiklah ibu-ibu
sekalian, untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan tentang kurban
itu. Ibu-ibu sekalian, kurban adalah memotong kambing pada hari raya Idul
Kurban atau Idul Adha. Satu ekor kambing hanya untuk satu orang. Kurban satu
ekor kambing tidak boleh untuk satu rumah. Niatnya, “Ini kurbannya orang satu
rumah,” tidak boleh. Satu ekor kambing itu untuk satu orang. Ia bisa saja
diniati untuk si bontot, misalnya. Bisa juga diniati untuk bapaknya atau untuk
istrinya atau untuk anaknya yang pertama. Silahkan muter saja. Boleh seperti
itu. Kalau kita mau ramai-ramai – Alhamdulillah semuanya ada. Dananya juga
cukup. Ada bapak, ada istri, ada suami, ada anak, semuanya berjumlah tujuh.
Kalau ini mau dijadikan satu, bisa, yaitu dengan berkurban seekor kerbau atau
sapi. Kalau pada masa Rasulullah Saw. dulu adalah unta. Itu bisa saja. Jadi
kalau kerbau itu bukan untuk sendiri, tapi untuk tujuh orang. Sapi juga untuk
tujuh orang. Ini bisa dilakukan seperti itu. Tetapi kalau satu ekor kambing
untuk ramai-ramai, tidak boleh. Misalnya, di sini para santri per kelas
ramai-ramai membeli kambing. Saya kira itu namanya bukan Kurban. Kalau kamu
membeli kambing ramai-ramai dan dipotong pada hari raya Idul Kurban, itu
namanya kambing shodaqoh. Itupun kalau kamu bagi-bagi. Kalau dimakan sendiri,
ya namanya patungan makan bersama. “Bagaimana ustadz sebagian dibagi pada yang
lain dan sebagian dimakan sendiri?” Yang dibagikan pada orang lain namanya
shadaqah, sedangkan yang dimakan sendiri bukan shadaqah.
“Satu orang bisa dua
atau tiga kambing?”
“Tidak apa-apa, bu.
Nanti saya jelaskan, ibu-ibu sekalian. Kalau ibu paham betul, mungkin ibu bisa
mengatakan, “Saya sudah kurban sampai lima puluh kali, ustadz.” Bisa saja
karena itu tidak ada kaitannya dengan jumlah kalau sudah sekali ya sudah tidak
perlu lagi. Baiklah ibu-ibu sekaliyan, saya jelaskan saja bagaimana Rasulullah
menjelaskan pada kita tentang kurban ini. Sebenarnya setiap ibadah itu
diberikan balasan oleh Allah Swt. Shalat juga diberikan balasan. Macam-macamlah
balasan shalat itu; di antaranya adalah ampunan dosa. Karena yang kita minta
macam-macam, maka dengan shalat itu Allah juga akan memberikan yang
macam-macam; rizki lancar dan sebagainya.
Itu shalat. Sekarang
kalau kurban itu apa? Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh para sahabat,
قال
أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما هذه الأضاحي ؟ قال : سنة أبيكم إبراهيم
“Para sahabat bertanya
kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, berkurban itu apa sih maksudnya?’” Memotong
kambing kurban pada hari raya atau pada hari idul adha itu apa sih sebenarnya?
Rasulullah Saw. menjawab bahwa kurban itu adalah tradisi yang dilakukan oleh
kakekmu Ibrahim as. Jadi Nabi Ibrahim itu yang pertama kali berkurban. Pada
awalnya niat Nabi Ibrahim sebenarnya bukan mengurbankan kambing. Karena
menjalankan perintah Allah Swt. anaknya siap untuk dijadikan kurban. Tetapi
Allah menggantinya dengan hewan kurban. Sejak Nabi Ibrahim memotong anaknya dan
ternyata itu adalah kambing, Nabi Ibrahim melakukan seperti itu. Ini adalah
tradisi yang telah dilakukan oleh kakekmu Nabi Ibrahim.
قالوا
: فما لنا فيها ، يا رسول الله ؟ قال : بكل شعرة من الصوف حسنة .
Para sahabat bertanya
lagi, “Kalau kita berkurban, kita dapat apa?” “Kita dapat apa kalau kita
berkurban, wahai Rasulullah?” Artinya, kita nanti akan dibalas apa oleh Allah
Swt.? Rasulullah menjawab bahwa setiap rambut dari bagian-bagian yang ada di
kambing itu Allah akan berikan satu kebaikan. “Ibu, ada yang pernah menghitung
rambut di telinga ini berapa?” Banyak sekali jumlahnya. Di kaki saja, di kikil
kaki yang biasa ibu bakar itu kira-kira berapa rambutnya? Atau di mata itu yang
sedikit itu berapa rambutnya?
لكل
شعرة حسنة
“Setiap satu rambut itu
Allah akan berikan kebaikan.” Ibu ingin kebaikan kan? Baju ingin yang baik.
Makanan yang dimakan maunya juga makanan yang baik. Semuanya ingin dalam
kondisi yang baik. Rizki yang kita dapatkan juga rizki yang baik. Segala
sesuatunya ingin yang baik-baik. Allah akan berikan satu kebaikan untuk setiap
rambutnya. Jadi besar sekali pahalanya itu, bu. Pertanyaan tadi, “Kita sudah
satu kali berkurban, kalau dua atau tiga kali apa tidak kebanyakan, ustadz?”
Apa ada orang yang sudah merasa cukup dengan mendapatkan kebaikan dengan jumlah
tertentu? Yang namanya manusia sudah mendapatkan yang banyak juga ingin lebih
banyak lagi.
Nah, jadi kalau ibu-ibu memang benar-benar ingin kebaikan, ayo
silahkan. Kalau tahun ini tidak bisa, tahun depan masih ada barangkali. Niati
beli kambing yang masih kecil, harganya tidak seberapa. Kambing itu dipelihara
selama satu tahun. Kalau sudah besar, dipotong, sudah bisa jadi kurban. Setiap
rambut itu akan Allah berikan kebaikan. Berapa banyak kebaikan yang Allah
berikan pada diri kita? Kalau kita bilang tidak terhitung banyaknya karena kita
belum pernah menghitung dan saya yakin di dunia ini belum pernah ada orang yang
mencoba menghitung. Itulah kebaikan yang Allah tawarkan. Allah tawarkan kepada
Ibu-ibu, apakah Ibu mau mengambil kebaikan ini atau tidak. Silahkan, kalau
memang mau, “Bismillah, dari sekarang nawaitu (saya niat),” sudah niat Ibu mau kurban. Ibu
semua mau kurban, bu? Soal kapannya asal sekarang sudah niat, ya bu ya? Tidak
bisa tahun ini, tahun depan. Tidak bisa tahun depan, tahun depannya lagi. Kalau
kambing itu sekarang ini harganya satu juta yang besar, misalnya, untuk kurban,
kalau Ibu menabung satu hari seribu saja, tiga tahun ibu sudah bisa kurban.
Seribu, satu hari seribu. Kalau Ibu menabung lima ribu per hari, satu tahun Ibu
bisa kurban dua ekor. Pilih yang mana, Bu? Pilih anaknya sekarang berapa? Yang
anak mungkin tiga ratus atau dua ratus. Tapi kadang-kadang orang yang
mempunyai anak kambing bilang, “Tidak mau saya jual, masih kecil, kasihan.”
Anak kambing umur enam bulan lepas dari susuan sekarang bisa sekitar tiga ratus
atau mungkin empat ratus. Dipelihara satu tahun sudah langsung bisa untuk kurban.
Tapi itu kan besar. Kalau Ibu mau dengan modal kecil, itu tadi juga bisa. Satu
hari menyimpan lima ribu misalnya, maka satu tahun ibu sudah bisa kurban dua.
Berarti kalau satu ekor, ya ibu menabung dua ribu lima ratus. Ibu menyimpan dua
ribu setiap hari, insya Allah Ibu juga dapat untuk kurban itu selama satu
tahun. Kira-kira ibu bisa menyimpan satu hari seribu, Bu? Bu, kira-kira bisa
tidak? Bagaimana Bu? Apa kita di sini perlu ada simpanan untuk kambing kurban
begitu? Nanti dicatat begitu Ibu? Bu, ini sudah lima ratus lebih ni Bu. Biarin
masih nambah lagi misalnya, apa begitu? Boleh saja kita bantu. Kita bantu ibu
menabung untuk kurban misalnya. Itu bisa saja, kalau Ibu mau.
لكل
شعرة حسنة
“Setiap rambut itu akan
menghasilkan satu balasan kebaikan dari Allah Swt.” Ini yang menarik bagi kita
untuk kurban. Yang lain Rasulullah Saw. juga pernah menyampaikan kepada
anaknya, Fatimah,
يا
فاطمة قومي إلى أضحيتك فاشهديها فإن لك بأول قطرة تقطر من دمها يغفر لك ما سلف من
ذنوبك قالت يا رسول الله هذا لنا خاصة أهل البيت قال لنا وللمسلمين
“Hai Fatimah, kamu sana
lihat kambing kurbanmu! Kamu saksikan, Kamu lihat itu! Kambing kurbanmu lagi
dipotong itu.” Fatimah ini anaknya. “Kamu coba lihat, darah yang pertama kali
menetes jatuh ke tanah itu akan bisa menghapuskan dosa-dosamu, akan bisa
menghilangkan, menghapuskan dosa-dosamu.” Jadi bukan saja bulunya yang Allah
berikan balasan, yaitu setiap bulu itu satu kebaikan, tetapi darah yang menetes
pertama kali itu akan bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah kamu lakukan. Ini
kata Rasulullah.
Ibu ingin dosanya
diampuni? Tinggal lakukan itu. Di sini ternyata darah yang menetes
pertama kali itu akan bisa melenyapkan dosa-dosa yang telah lalu. Fatimah
bertanya karena terkejut melihat begitu banyaknya, setiap bulu diberikan
balasan dengan kebaikan kemudian sekarang setiap darah yang menetes bisa
menghapuskan dosa,
قالت
يا رسول الله هذا لنا خاصة أهل البيت قال لنا وللمسلمين
“Ya Rasulullah, apakah
ini khusus untuk kita ahlul bait, keluarga Rasulullah?” Rasulullah menjawab,
“Ini semua bagi siapa saja yang melakukan kurban itu akan mendapatkan seperti
itu. Bukan hanya kita, keluarga rasul, tetapi juga seluruh orang Islam yang
berkurban.” Bagaimana kalau yang kurban itu orang-orang kafir? Kadang-kadang
orang kafir kalau seperti ini ikut-ikutan kurban, bu. Mereka membagi-bagi
daging; orang Hindu, PT-PT, perusahaan, china-china itu melakukan kurban.
Orang-orang kafir itu,
orang-orang yang bukan Islam itu, dikatakan di dalam al-Quran,
أعمالهم
كسراب
“Amal perbuatan mereka
itu seperti fatamorgana.”
Fatamorgana itu, kalau
ibu lihat jalan yang baru diaspal dari jauh seakan-akan ada airnya, sepertinya
ada airnya begitu, basah begitu, dari jauh kelihatannya basah, itu kalau di
padang pasir kelihatannya seperti lautan, biru begitu, dilihat ada lautan di depan
situ. Fatamorgana itu sering menipu orang. Kalau dihampiri sepertinya dekat di
situ, tapi di depan sini tidak ada, masih ada di depan lagi begitu. Jadi orang
yang mengejar fatamorgana itu tidak tahu semakin jauh sekali sudah terlewati.
Itu fatamorgana. Biasanya pada siang hari kita lihat itu di jalan. Kalau kita
di daerah sini tidak terlalu terasa karena naik turun, juga karena jalannya
rusak. Tetapi kalau seperti jalan di Jakarta, di jalan tol dan sebagainya,
biasanya seperti ada airnya, padahal bukan air. Kalau di padang pasir
seakan-akan di depan ada air seperti laut, tetapi saat dihampiri ke sana,
semakin jauh ternyata tidak ada di situ, masih di depan terus, di mana ini
tempatnya? Nah, amal kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir, orang-orang
non muslim itu, bagi mereka yang melakukan seakan-akan akan mendapatkan
balasan, akan mendapat pahala, dibalas oleh Allah, tetapi kenyataannya mereka
tidak mendapatkan apa-apa. Itu seperti PT-PT, China-china juga banyak, Bu.
Katanya Extra Joss itu kurban satu juta kambing. Saya tidak tahu apakah orang
Islam atau bukan? Tapi yang jelas saat kita diberi kambing, asalkan cara
memotongnya benar, itu halal-halal saja, sekalipun yang memberi itu orang
kafir. Orang kafir mengasih kambing hidup pada kita, kita terima apa tidak, Bu?
Asal kita memotongnya dengan cara Islam, ya halal-halal saja. Tetapi kalau
sudah dipotong oleh mereka, nah, di sini sekalipun kambing, kita harus
menanyakan siapa yang memotong? Mereka. Mereka membaca bismillah atau tidak?
ما
أهل لغير الله
Jadi ia dipotong bukan
dengan nama Allah. Sekalipun ayam atau kambing itu menjadi haram.
Hati-hati Ibu membeli
daging di pasar! Kadang-kadang ayam sudah mati, tapi dipotong dengan
menggunakan mesin semuanya. Mereka telah dipotong sekalipun asalnya mati.
Ibu-ibu bisa tidak membedakan ayam ini mati sebelum dipotong atau mati setelah
dipotong? Bisa tidak, Bu? Sekarang bangkai itu dikasih kunyit sehigga tidak
tampak lagi biru. Semuanya tampak kuning. Begitu kan? Ini sulit sekali, Bu.
Saya di sini pernah memelihara ayam. Perhatikan, Bu, pengalaman saya. Ayam ini
ketika ditangkap ada yang mati. Tapi yang mati ini oleh yang beli, yang bawa
mobil, yang menempatkan ayam di keranjang-keranjang itu dibawa saja, padahal
ayam itu sudah mati. Katanya nanti untuk pakan ini. Itu alasannya kepada kita.
Tetapi di sana nanti masuk ditimbang lagi, masuk nanti akan dibayar. Artinya
bangkai itu dijual. Bangkai itu nanti akan dipotong dan dicampur dengan yang
ada. Apalagi kalau tidak dijual masih dalam keadaan utuh. Sekarang kan ayam
dikuliti, diambil dagingnya, dijadikan nuget dan macam-macam, Bu; bakso, sate,
dan sebagainya, semakin tidak tampak lagi, dijual untuk bubur ayam, untuk
bakso, untuk sate, dipotong-potong, ditusuk-tusuki, kemudian dibakar, mau
tampak apa? Rasanya sama saja. Nah, yang seperti ini semakin meragukan karena
hampir setiap orang membeli ayam itu seperti itu. Maka kalau kita tidak yakin
betul bahwa yang menyembelih itu orang Islam atau bukan, lebih baik ibu membeli
ayam hidup kemudian dipotong sendiri. Itu lebih aman.
Di Jakarta sekarang,
Ibu-ibu sekalian, – saya kira tidak hanya di Jakarta, tapi sudah merambah
kemana-mana, – daging sapi, daging kerbau, itu dicampur dengan daging babi
karena jumlah babi di Indonesia lebih banyak daripada jumlah sapi dan kerbau.
Kalau sapi beranak satu-satu, satu tahun satu. Babi sekali beranak, katanya Bu,
seperti kelinci saja. Ini dimanfaatkan oleh para tukang potong yang sekarang.
Kalau dulu tukang potong itu umumnya orang Islam, Bu. Sekarang orang-orang
China juga menjadi tukang potong, Bu. Mereka menjadi tukang potong ayam, tukang
potong sapi, ya sudah kacau balau. Kadang-kadang seperti itu dibiarkan saja
oleh pemerintah; tidak ada persyaratan harus orang Islam karena di sini
kebanyakan orang islam, tidak ada yang seperti itu. Yang penting sudah ada
izin, beres.
Saya melihat seperti di
Pal Merah itu China-china itu menjadi tukang potong ayam. Karena mereka ingin
mendapatkan keuntungan yang banyak, dimasukkan daging babi, dioplos seperti
itu. Inilah resikonya kalau orang tidak tahu agama. Kita yang beragama ini akan
kena juga. Memang resikonya seperti itu. Pemerintah juga kadang-kadang begitu,
Bu. Apa tidak diperiksa oleh pemerintah? Diperiksa. Tapi tukang periksanya juga
dikedipi mata saja, sudah tahu dia. Jangan macam-macam lah! Sebelum memeriksa,
dicegat dulu. Kalau perlu dikasih minum dulu, dikasih rokok dulu. Jadi sudah
kacau balau, sudah kacau balau masalah daging-daging seperti ini.
Ibu-ibu sekalian saya
lanjutkan, jadi tetesan darah pertama akan menjadi penghapus dosa kita. Ini
untuk kita semua, orang Islam, bukan hanya keluarga Rasulullah seperti yang
tadi ditanyakan oleh Fatimah, “Kok begitu besarnya, begitu banyaknya, apakah
ini khusus untuk kita-kita ini, ya Rasulullah, keluarga nabi?” Bukan, ini untuk
kita dan juga orang lain akan Allah berikan sama seperti itu.
Kemudian Rasulullah
menjelaskan lagi di yang lain,
يا
فاطمة قومي فاشهدي أضحيتك فإن لك بأول قطرة من دمها مغفرة من كل ذنب أما إنه يجاء
ولحمها ودمها توضع في ميزانك سبعين ضعفا
Rasulullah masih
menyuruh Fatimah supaya dia melihat binatang kurban ketika dipotong, “Cepat
kamu lihat itu!” Di samping setiap darah yang menetes ini akan mencuci
dosa-dosa kita, menghapuskan dosa-dosa kita, kata Rasulullah, nanti binatang
kurbanmu itu akan datang dengan lengkap – termasuk darahnya – dan akan
diletakkan di timbangan kebaikanmu. Kalau kambing yang kita timbang itu hanya
tiga puluh kilo, diganti oleh Allah dengan tujuh puluh kali lipat, bu. Biasanya
kambing kurban ada yang tiga puluh kilo. Yang besar ada yang empat puluh kilo.
Kalau yang kecil-kecil dua puluh lima kilo, misalnya. Itu nanti ketika
diletakkan di timbangan kebaikan bukan hanya dua puluh kilo atau tiga puluh
kilo, tetapi dikalikan tujuh puluh kali lipat. Jadi kalau misalnya tiga puluh
kilo, maka dikalikan tujuh puluh kilo, berapa ya, Bu? Tiga kali tujuh, dua ribu
seratus. Dua ribu, dua ton, dua puluh kuintal, dua puluh satu kuintal. Jadi
besar sekali pahala kurban ini. Tadi dari sisi rambutnya saja sudah tidak
terhitung. Dari sisi rambut sudah tak terhitung, dari sisi darahnya saja bahwa
darah yang menetes itu akan menghapuskan dosa-dosa kita yang telah kita
lakukan, kemudian juga timbangan kita nanti akan Allah lipat gandakan sampai
tujuh puluh kali lipat dari kambing yang kita kurbankan. Luar biasa masalah
kurban ini.
قال
أبو سعيد : يارسول الله ، هذ لآل محمد خاصة فهم اهل لما خصوا به من خير أو لآل
محمد والمسلمين عامة
Karena kaget melihat
begitu besarnya pahala, Abu sa’id juga hampir-hampir tidak percaya itu karena
besar sekali. Maka ia bertanya, “Apakah ini khusus untuk keluarga Nabi Muhammad
saja? Masa kita juga bisa dapat seperti begitu? Rasanya sepertinya tidak layak
mendapatkan bagian seperti itu. Ini barangkali khusus untuk keluarga Rasul.”
Tapi dijawab oleh Rasulullah, “Itu tidak hanya untuk kami keluarga Muhammad,
tetapi untuk seluruh kaum muslimin.” Ini ditegaskan lagi. Fatimah juga pernah
bertanya seperti itu juga. Tapi dijawab oleh Rasul, “Bukan, bukan hanya untuk
kita. Semua akan mendapatkan seperti itu.” Abu Sa’id rupanya juga seperti tidak
percaya, “Apa iya, kok besar sekali seperti itu. Ini barangkali untuk keluarga
Nabi Muhammad saja.” Tapi dijawab oleh Rasul Saw., “Ini untuk semua orang-orang
Islam.” Inilah tentang kurban, dari pahalanya memang cukup luar biasa. Tetapi
kita semua kadang-kadang menganggap, “Alah, itu kan cuma sunnah saja, ya
Rasulullah. Kalau melakukan, dapat pahala. Kalau tidak melakukan, tidak
apa-apa.” Kita kadang-kadang salah dalam memahami agama bahwa kalau yang sunnah
itu ya kalau bisa, kalau tidak kan tidak apa-apa, tidak dosa, padahal kita
hidup ini untuk mendapatkan kebaikan. Jangan pernah Ibu merasa sudah cukup
modal untuk hidup yang kekal abadi di akhirat nanti. Jangan pernah Ibu merasa
cukup selama ini, padahal ibu masih akan hidup besok, minggu depan, bulan
depan, tahun depan, maunya juga masih hidup sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun
lagi, tiga puluh tahun lagi, Ibu masih perlu kebaikan-kebaikan, ibu masih perlu
balasan dari Allah Swt, yang balasan dari Allah itu, saya ingatkan sekali lagi
pada Ibu-ibu sekalian, tidak hanya di akhirat, tetapi di dunia pun orang yang
banyak melakukan kebaikan-kebaikan akan dimudahkan oleh Allah Swt, diberikan
kebaikan-kebaikan oleh Allah Swt. Mari kita adakan gerakan untuk kurban
ini. Kalau memang perlu adanya tabungan untuk kurban, saya siap melayani. Tidak
kurban tahun depan, tahun berikutnya insya Allah bisa. Meskipun cuma menabung
seribu, nanti akan jadi banyak. Mungkin ada yang bisa satu tahun, dua tahun,
tiga tahun, tidak apa-apa, daripada ditanya, “Ingin kurban?”, bilangnya,
“Ingin,” tapi sampai mati tidak kurban juga. Kita ingin mendapatkan kebaikan
yang ditawarkan yang sangat banyak.
Kita lihat lagi
keistimewaan lain dari kurban ini. Tadi kata Rasulullah Saw, dari sisi bulunya
akan dibalas oleh Allah Swt., dari sisi darahnya bahwa setiap darah yang
menetes itu akan menghapuskan setiap dosa yang telah kita lakukan, dari sisi beratnya
itu nanti oleh Allah Swt. akan dibalas dengan tujuh puluh kali lipat. Di dalam
hadits ini,
روي
عن علي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : يا أيها الناس ، ضحوا
واحتسبوا بدمها فإن الدم وإن وقع في الأرض فإنه يقع في حرز الله عز وجل
Dari Ali ra. Nabi Saw.
bersabda, “Wahai manusia, berkorbanlah kamu sekalian dan harapkan dari kurbanmu
itu dengan darahnya, yakni dari apa yang dibailk darahnya. Karena darah kurban
itu sekalipun jatuh ke tanah, sebenarnya ia tidak jatuh ke tanah tapi jatuh di
pangkuan Allah.” Kalau darah tersebut jatuh ke pangkuan Allah, maka Allah akan
berikan apa yang menjadi keinginanmu, Allah akan memberikan balasan kepadamu.
Pada hadits yang lain,
وروي
عن حسين بن علي رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من ضحى
طيبة نفسه محتسبا بأضحيته كانت له حجابا من النار
Husain, cucu Nabi,
meriwayatkan sebuah hadits, “Barangsiapa yang berkurban dengan ikhlas, dengan
senang hati, dia semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah dari kurbannya itu,
maka dia akan mendapatkan tabir (pelindung) yang menghalangi dia dari neraka.”
Ia akan mendapatkan pelindung sehingga dia tidak pernah masuk ke dalam neraka.
Jadi kambing itu akan menghalangi kita masuk neraka kalau kita berkurban dengan
ikhlas, bukan karena ingin masuk berita dan sebagainya. Pelindung dari neraka
itu tidak hanya berupa seekor kambing. Kalau hanya seekor kambing, yang
dilindungi hanya pada bagian tertentu saja, padahal neraka kan begitu luasnya.
Tentu saja yang Allah Swt. berikan adalah bobotnya, yaitu dikalikan tujuh puluh,
satu kilo dikalikan tujuh puluh kilo, misalnnya. Untuk itu, hendaknya bagi yang
mampu untuk berkurban segera. Yang memiliki rizki silahkan berkurban. Kalau
tidak bisa, ya tahun depan. Mari berdo’a agar tahun depan bisa ikut berkurban.
Kalau ibu susah beli
kambing, di pesantren ini banyak kambing. Kambing kita di pesantren ini yang
sudah memenuhi syarat untuk kurban kira-kira ada 310 ekor. Harganya ibu tinggal
pilih. Mau pilih yang besar, silahkan. Mau pilih yang sedang-sedang saja,
silahkan. Mau pilih yang agak kecil tapi memenuhi syarat, juga silahkan.
Semuanya ada. Harga persisnya saya kurang tahu. Pak Trimo tukang kambingnya.
Kambing kita dititipkan di kampung-kampung dengan sistem bagi hasil. Di sini
ada wali murid yang daerahnya cocok sekali untuk beternak kambing, di daerah
Pamijahan.
Ibu-ibu, kalau tidak
bisa berkurban sekarang, kita berdoa terus, mudah-mudahan tahun depan bisa
berkurban. Syukur-syukur setiap anak kita aqiqahi. Kita sebagai orang tua akan
senang, kalau setiap anak sudah kita aqiqahi, setiap anak juga sudah kita
potongkan kambing kurban untuk anak kita, di samping diri kita.
Orang yang kurban dengan
jiwa yang tenang, yang ikhlas, tidak macam-macam, tidak ingin namanya
dicantumkan di televisi, di surat kabar, pokoknya ikhlas saja, hanya
mengharapkan ridha Allah, maka oleh Allah kurban itu akan dijadikan penghalang
bagi kita untuk masuk ke dalam neraka. Sehingga kita tidak akan masuk neraka
karena ada penghalangnya yang Allah ciptakan sebagai pengganti dari kambingnya
itu.
Orang Arab, kurbannya
sudah sampai ke mana-mana, karena orang Arab itu sudah biasa. Kambing itu sudah
bukan sesuatu yang istimewa. Kurbannya ke mana-mana, ke seluruh Indonesia.
Tahun lalu kita juga dapat dari Arab. Biasanya ada telpon, “Ini ada kambing
sepuluh, potong di sini, bagi-bagi.” Itu karena orang Arab tahu keistimewaan
kurban. Kita ini kan jarang tahu tentang hal ini. Pengajian di kampung-kampung
juga jarang dibaca tentang yang begini ini, sehingga kadang-kadang kalau
berkurban, kita meniru saja. Dulu si anu kurban, ya ikut kurban. Sehingga kita
kadang-kadang tidak mengerti. Ada orang lain kurban, ya kita ikut kurban.
Tentang dapat apa, seperti kata sahabat tadi, “Kita dapat apa, Rasulullah?”
Ternyata setiap bulu akan Allah ganti dengan kebaikan, setiap darah yang
menetes akan bisa menghapuskan dosa kita, kambingnya itu nanti akan lengkap dan
timbangannya akan dikalikan tujuh puluh kali lipat. Itu banyak sekali. Bahkan,
Fathimah, putri Rasulullah Saw. bertanya, “Ya Rasulullah, ini untuk kita saja,
untuk keluarga?” Jawab Rasul Saw., “Bukan, untuk kita dan untuk semua orang
Islam.” Orang luar, Abu Sa’id, ketika mendengar juga berkata, “Ini untuk
keluarga Nabi saja?” Rasulullah Saw. menjawab lagi, “Bukan, ini untuk umat
Islam seluruhnya.”
Ternyata bukan hanya bobotnya yang dilipatgandakan menjadi
tujuh puluh kali lipat, tetapi kambingnya ini nanti akan diganti dengan sebuah
dinding yang tebal, yang bisa menghalangi kita dari neraka. Bayangkan, saat
kita menuju surga, kita harus melewatishirathol mustaqim, yang kata guru ngaji saya, itu sebesar rambut
dibagi tujuh. Orang naik baru kakinya yang menempel langsung jatuh sedangkan di
bawahnya itu adalah neraka. Kalau kita berkurban, maka ada sesuatu yang
menghalangi kaki kita agar tidak jatuh, mungkin bisa berupa mobil, mungkin bisa
berupa sandal, yang tidak bisa masuk ke neraka. Dan ini untuk semua umat Islam
bukan hanya untuk keluarga Nabi Saw.
Di sini juga ada hadits
yang lain. Rasulullah Saw. menyatakan,
ما
أنفقت الورق في شيء أحب إلى الله من نحر ينحر في يوم العيد
“Tidak ada uang yang
digunakan untuk membeli sesuatu yang lebih Allah sukai daripada uang itu
digunakan untuk membeli binatang kurban dan dikurbankan pada hari Idul Kurban.”
Kita kan suka belanja.
Yang paling disukai oleh Allah Swt. berbeda dengan yang kita sukai. Jika kita
punya uang banyak, kita gunakan untuk membeli baju yang bagus, kita gunakan
untuk membeli makanan yang paling enak, dibelikan apa-apa yang paling bagus.
Tapi Rasulullah Saw. menyatakan, “Tidak ada yang lebih baik daripada uang yang
kita gunakan untuk membeli kambing untuk dikurbankan pada hari Raya Idul
Kurban.” Itu yang paling Allah sukai. Anak kambing namanya apa, bu? Kalau di
Jawa, anak kambing namanya cempe, anak sapi namanya pedhet, anak kerbau namanya
gudhel. Di Sunda saya kira juga ada, mungkin ibu tidak paham. Ibu membeli anak
kambing yang kecil kemudian di besarkan, atau menabung seperti tadi.
Baiklah Ibu-ibu
sekalian, mari kita gali terus apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.
tentang kurban ini. Selanjutnya adalah hadits yang disampaikan oleh Abu Umamah
ra.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : خير الأضحية الكبش وخير الكفن الحلة (رواه أبو
داوو والترمذي)
Dijelaskan lagi bahwa sebaik-baik kurban adalah al-kabsy, yaitu kambing yang bertanduk. Itu yang paling
bagus untuk kurban. Yang lain juga boleh, tapi yang ini dianggap yang paling
bagus. Di Indonesia ada kambing Jawa, kambing gibas, kambing garut, dll. Yang
paling bagus adalah yang punya tanduk.
Rasulullah juga
menyatakan,
من
وجد ساعة لأن يضحي فلم يضحي فلا يحضر مصلانا
Ini penting sekali.
“Orang yang dalam kondisi longgar, mempunyai uang untuk sekedar berkurban, beli
seekor kambing, tapi dia tidak mau melakukan itu, maka janganlah ke mushalla
kami.” Ini adalah peringatan keras dari Rasulullah Saw. Dia sudah punya duit,
disuruh kurban tidak mau. Dia tidak akan bisa dekat dengan Rasulullah Saw.
karena pahalanya kurang, tidak memenuhi syarat. Ini seharusnya membuat kita
berpikir, “Kalau begitu, harus berkurban supaya kita bisa dekat dengan
Rasulullah Saw.” Jadi kita harus niat jangan sampai kita berpikiran, “Ya kalau
bisa kurban, kalau tidak bisa tidak dosa kan?” Tidak dosa, tapi juga tidak
mendapat pahala. Kalau kita tidak mendapat pahala mau apa? Sedangkan kita bisa
menikmati surga itu kalau kita punya bekal pahala. Kalau kita tidak mempunyai
bekal, kita tetap saja di neraka. Maka kita harus berpikir bagaimana supaya
kita bisa berkurban. Kita tidak perlu memikirkan yang lampau. Yang sudah
biarlah yang sudah. Tapi kita masih punya waktu, inilah yang harus kita
pikirkan. Sebenarnya orang Islam itu kalau benar-benar menjalankan ajaran
Islam, semuanya bisa berkurban. Apalagi janji Allah tadi bahwa orang yang
berkurban itu akan diganti oleh Allah, tidak hanya di akhirat. Yang tadi
dijelaskan itu memang di akhirat, tetapi pada minggu lalu sudah disampaikan
bahwa setiap hari ada malaikat yang Allah turunkan untuk memantau umat ini.
Bahkan masing-masing dari kita ini ada malaikat yang memantau usaha kita,
perbuatan kita. Ketika kita mengeluarkan uang, malaikat ini langsung berdoa,
اللهم
أعط منفقا خلفا
“Ya Allah, berikanlah
ganti. Dia mengeluarkan uangnya untuk bayar kurban. Ya Allah, gantilah ia.”
Malaikat ini terus mendoakan. Ketika kita ada uang tapi tidak mau membeli
kurban, malaikat yang satunya mendoakan,
اللهم
أعط ممسكا تلفا
“Ya Allah, orang ini bakhil ya Allah, tidak mau mengeluarkan uang
padahal dia mempunyai uang. Hancurkan ia, ya Allah.” Na’udzubillahi
min dzaalik. Dia bisa, tapi dia
tidak mau mengeluarkan. Dia pelit, bakhil. Maka Rasulullah Saw. mengatakan
lagi, “Orang yang mempunyai kemampuan, tapi tidak mau berkurban, maka jangan
dekat-dekat masjidku, jangan dekat-dekat tempat shalatku.” Artinya, kalau orang
itu tidak boleh dekat-dekat dengan Rasulullah, lalu dimana tempatnya?
Kita ingin dekat dengan Rasulullah. Kita ingin masuk surga seperti Rasulullah
Saw., ingin di dalam surga dan sebagainya, tapi sudah ditolak karena kepelitan
ini. Pelit itu sebenarnya penghalang segalanya. Orang yang hidupnya pelit,
bakhil, dan kikir tidak akan maju. Rizkinya juga sangat minim sekali. Tapi
orang yang dermawan semakin banyak gantinya oleh Allah Swt. Ia akan menjadi
semakin kaya. Maka kita jangan pelit, sekalipun pelit ini mempunya banyak
sekali pengertian, tidak hanya dalam hal harta. Misalnya, seorang karyawan
bekerja hanya banyak istirahat. Sedangkan temannya rajin sekali. Itu juga
pelit. Ibu punya waktu untuk mengaji, tetapi Ibu tidak mau mengaji. Itu juga
pelit waktu. Mestinya ibu bisa ngaji, tidak ada apa-apa, tapi Ibu tidak mau
mengaji. Itu juga pelit waktu. Pelit itu bisa saja pelit ibadah; yang mestinya
bisa ibadah tidak mau ibadah, tidak mau sholat. Pelit bisa segalanya; pelit
harta benda, pelit tenaga, pelit pikiran, pelit waktu juga bisa. Nah, di sini
orang tadi, orang yang sanggup berkurban, tetapi tidak mau berkurban, Nabi
berkata, “Jangan dekat-dekat tempat shalatku.” Artinya, dia tidak berhak untuk
masuk surga.
Pada hadits berikutnya,
من
باع جلد أضحيته فلا أضحية له
Orang berkurban,
dagingnya dibagi-bagi, kulitnya dijual, oleh Rasulullah Saw. dikatakan, “Dia
tidak berkurban.” Dia tidak bisa diterima kurbannya. Ibu kurban dipotong,
setelah dipotong, dagingnya di bagikan sedangkan kulitnya dijual, maka kurban
ibu tidak diterima. Sekarang ibu menyerahkan binatang kurban kepada
panitia, oleh panitia sudah terima. Kemudian dagingnya dibagi-bagi, tapi
kulitnya dijual oleh panitia. Kurban Ibu tetap diterima karena Ibu tidak
mendapat uang ganti dari kulitnya. Panitia barangkali melihat ada manfaat lain,
bukan untuk dibagi-bagi kepada panitia, tetapi untuk kepentingan masjid,
misalnya. Mungkin boleh seperti itu.
Inilah Ibu-ibu sekalian
tentang kurban. Bagaimana tentang hewan kurban? Umur hewan kurban dan tata cara
berkurban. Kurban berbeda dengan aqiqah. Kurban dalam bahasa fiqihnya yaitu
Udhhiyah (kurban), sedangkan aqiqah adalah memotong kambing juga tetapi bukan
pada hari Raya Kurban, namun karena ada kelahiran anak. Di dalam aqiqah, kalau
kita memotong kambing diupayakan supaya memotongnya jangan dihancurkan,
upayakan memotongnya pada ruas-ruasnya. Misalnya, kaki kambing kan panjang
karena ruasnya memang panjang, kalau begitu susah masaknya? Tidak, diambil
dagingnya saja. Ini di dalam aqiqah. Kalau kurban tidak, biasa saja,
dipotong-potong biasa supaya mudah dibagi-bagi, tidak ada aturan khusus. Kalau
dari sisi umurnya berapa tahun yang sah untuk dikurbankan? Umurnya adalah satu
tahun lebih. Artinya dua tahun jalan, satu tahun setengah boleh, satu tahun
tujuh bulan boleh, tapi jangan sampai kurang dari satu tahun. Di dalam cara
memotong juga jangan seenaknya. Karena ini kurban maka dipotong seenaknya.
Rasulullah Saw. bersabda,
إن
الله كتب الإحسان على كل شيء ، فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة ، وإذا ذبحتم فأحسنوا
الذبحة ، وليحد أحدكم شفرته ، وليرح ذبيحته
Allah berbuat kebaikan
dalam segala hal, maka di dalam memotong kurban juga hendaklah dipotong dengan
baik, jangan kasar, dibanting begitu saja. Sekarang ini ada model
penyembelihan, sapi atau kerbau kan sulit untuk dirobohkan, ada yang di pukul
dulu sehingga dia pingsan, ada yang di tembak dulu sehingga dia jatuh baru
dipotong. Ini bukan cara Islam yang seperti ini, artinya disakiti dulu kemudian
baru dipotong. Kita meskipun sapi atau kerbaunya galak tentu harus dengan cara
yang sebaik-baiknya, kita tidak boleh memukulnya dulu.
فإذا
قتلتم فأحسنوا القتلة ، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة ، وليحد أحدكم شفرته
Ketika kita memotong
kambing, hendaknya memotong dengan sebaik-baiknya. Hendaknya golok atau pisau
yang digunakan untuk motong itu diasah terlebih dahulu, tidak boleh asal supaya
yang dipotong ini tidak begitu plocotan agar segera putus urat-uratnya,
sehingga bisa segera mati.
Kemudian di sini juga
dijelaskan tata caranya,
عن
ابن عباس رضي الله عنهما قال : مر رسول الله صلى الله عليه وسلم على رجل واضع رجله
على صفحة شاة وهو يحد شفرته ، وهي تلحظ إليه ببصرها ، قال : أفلا قبل هذا أو تريد
أن تميتها موتتين
Didalam memotong juga
hendaknya dia tidak boleh melihat goloknya, ditakut-takuti dulu. Maka
kambingnya ditutup supaya tidak melihat, biasanya dengan daun. Binatang yang
lain pun juga jangan dekat-dekat supaya nanti tidak menakut-nakuti hewan kurban
yang lain. Ini tidak boleh seperti itu.
Inilah Ibu-ibu sekalian
tentang kurban, yang sebentar lagi kita akan melaksanakan. Saya berharap dari
pengajian ini ibu-ibu nanti sudah pasang niat, “Andaikata tidak bisa kurban
tahun ini, ya tahun depan. Tahun depan tidak bisa, tahun depannya masih hidup
sampai tahun depannya lagi.” Tolong supaya diniatkan agar kita bisa melakukan
kurban. Saya ingatkan juga nanti ada puasa lagi. Puasa tiga belas tidak bisa
karena tiga belas itu hari tasyrik di bulan dzulhijjah. Maka kita ada puasa
penggantinya yaitu puasa arafah dan puasa tarwiyah sebelumnya. Nanti kita
jelaskan pada saat yang akan datang, bagaimana puasa arafah bagaimana puasa
tarwiyah, bagaimana asal-usulnya puasa ini, nanti akan dijelaskan pada
pertemuan yang akan datang. Sekian saja pengajian pada hari, insya Allah kita
lanjutkan pada pertemuan yang akan datang. Semoga Allah SWT memberikan kita
kesempatan untuk berkurban. Mari kita tutup pengajian ini dengan sama-sama
membaca doa.
بسم
الله الرحمن الرحيم
رب
زدنا علما وارزقنا فهما ، اللهم انفعنا بما علمتنا وعلمنا ما ينفعنا وارزقنا علما
ينفعنا ، اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك ، سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا
إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك ، وصلى الله على سيدنا محمد النبي الأمي وعلى آله
وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين
Tulisan ini adalah transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh
KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining Bogor.
Dengan tema : Ibadah Qurban Idul Adha: Kisah Sejarah Nabi Ibrahim Dan Nabi
Ismail
0 komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran diterima
Silahkan berkomentar. . .