oleh J Nursyawali
Seketika Langit Mendung Setelah Pagi Yang Cukup Cerah
Awan Putih Jadi Hitam Dan Mentari Tak Lai Merah
Biasa Biasa Seperti Tak Ada Apa Apa
Hanya Kantuk Dan Lelah Yang Bertema
Bersama Keegoisan Komputer Dan Kawan Kawannya
Di Sudut Ruang Dingin Duduk Dan Menunduk
Nampaknya Hari Baru Mulai Suntuk
Ku Lihat Dua Jarum Jam Menunjuk Langit
Dan Ku Dengar Gemuruh Kelabu Yang Menjerit
Serta Kilaunya Pada Bumi Mulai Menghimpit
Aku Melaju Pergi Melawan Angin Yang Menerpa
Kembali Ke Muara Yang Sempat Ternoda
Dan Langit Pun Menangis
Berawal Dari Rintik Hujan Yang Tipis
Menjadi Deras Membuat Aspal Terkikis
Di Tengah Perjalanan Aku Singgah Dan Berteduh
Di Bawah Jembatan Megah Nampak Kumuh
Ku Simak Air Jatuh Dan Mengalir
Menyeret Sekitar Dan Bercampur Hingga Banjir
Mungkin Hidupku Hanya Mengalir Kemudian Banjir
Banyak Orang Yang Juga Berteduh
Banyak Jugayang Tak Berhenti Dengan Tangguh
Ada Kurir Berhenti Sejenak Lalu Pergi Melawan Hujan
Ada Pedagang Mengisi Kesempatan Melawan Keangkuhan
Sementara Aku Hanya Bisa Diam Dan Bertahan
Tak Ingin Lagi Tertinggal Senja
Tak Ada Lagi Yang Perlu Ditunda
Bismillah Aku Bangkit Dan Berpindah
Abaikan Keluh Dalam Hidup Yang Resah
Berharap Tak Mengulang Kelam Dan Salah
Persiapkan Diri Apa Yang Harus Dibawa
Saat Renta Tak Lagi Muda
Muka Bumi Ini Sering Terluka
Bergegaslah Menjaga Hati Dan Jiwa
Walau Langit Masih Berduka
Dan Langit pun Menangis
[ Jun Syawali ]
Share
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran diterima
Silahkan berkomentar. . .